Ada banyak penyebab stres, misalnya pernikahan yang tidak bahagia, pekerjaan yang terlalu menekan, kejadian yang menimbulkan trauma, hingga persoalan sepele seperti kemacetan. Jika stres dibiarkan menahun maka dampaknya cukup berbahaya bagi otak.
<p>Your browser does not support iframes.</p>
Ketika stres tubuh akan melepaskan zat-zat kimia. Dalam jangka panjang
zat kimia tersebut akan bersifat toksik pada jaringan otak, bahkan bisa
membunuh sel-sel otak jika zat kimia yang disebut kortikosteroid itu
berkelimpahan dan berlangsung lama.Kortikosteroid sebenarnya diperlukan tubuh untuk meningkatkan kecepatan reaksi terhadap ancaman atau sering disebut respon melawan atau menghindar (fight or flight), dengan cara menekan sistem imun tubuh dan meningkatkan jumlah gula dalam peredaran darah.
Hippocampus, bagian dari otak yang bertanggung jawab dalam hal pembentukan memori, merupakan bagian yang paling rentan terhadap stres. Itu sebabnya para ahli menganggap stres berkaitan erat dengan terjadinya penyakit demensia.
Para ilmuwan menemukan kondisi otak yang mengecil itu ketika mereka melakukan pemindaian otak pasien yang menderita stres akibat trauma pasca serangan 9/11. Ukuran hippocampus yang mengecil itu hampir sama dengan ukuran otak pasien lanjut usia yang menderita demensia.
Kendati begitu, para ahli mengatakan hasil penelitian ini mungkin terlalu dini untuk menyimpulkan efek stres pada otak karena jumlah respondennya terlalu sedikit.
Sementara itu beberapa penelitian telah menemukan para veteran perang yang menderita sindrom pasca trauma juga menderita gangguan otak yang berat.
Penelitian juga pernah mengungkap stres yang dialami orang usia pertengahan bisa meningkatkan risiko Alzheimer's. Mereka yang sering dilanda stres dan kecemasan juga beresiko dua kali lebih tinggi menderita demensia.
No comments:
Post a Comment